Operasi hitung campuran pada bilangan bulat sering
muncul pada soal-soal ujian nasional (UN). Jadi Anda sangat penting mengetahui
cara mengerjakan operasi hitung campuran pada bilangan bulat. Contoh hitung
campuran bilangan bulat yang muncul pada UN yakni UN Matematika tahun 2009
dengan soal seperti berikut: Hasil dari (–4 + 6) × (–2 – 3) adalah . . .
a. –10
b. – 2
c. 10
d. 50
Bagaimana cara mengerjakan soal di atas? Dalam
menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat seperti soal UN 2009 di atas, Anda
harus memperhatikan dua hal, yakni tanda operasi hitung dan tanda kurung.
Apabila dalam suatu operasi hitung campuran
bilangan bulat terdapat tanda kurung,
pengerjaan yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan terlebih dahulu. Tetapi,
bila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat tanda kurung,
pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat operasi hitung berikut.
Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–) sama
kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
Operasi perkalian (× ) dan pembagian (:) sama kuat,
artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu.
Operasi perkalian ( × ) dan pembagian (:) lebih kuat daripada
operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–), artinya operasi perkalian (×) dan pembagian (:) dikerjakan terlebih
dahulu daripada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–).
Jadi berdasarkan pembahasan di atas berapa hasil
dari soal UN 2009 di atas? Jawabanya adalah –10 (a)
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang cara mengerjakan
operasi hitung campuran pada bilangan bulat, silahkan simak contoh soal di bawah
ini.
Contoh
Soal 1.
Tentukan hasil dari (16 : 2) + (–5 × 2) –(–3)!
(UN 2010)
Penyelesaian:
Ingat kerjakan yang ada dalam kurung terlebih
dahulu, maka:
(16 : 2) + (–5 × 2) –(–3)
= 8 + (–10) –(–3)
= 8 –10 + 3
= 1
Jadi, (16 : 2) + (–5 × 2) –(–3) = 1
Contoh
Soal 2
Tentukan hasil dari:
a. 45 + 56 × 48 –
216 : 9
b. (–9) – 6 × (–72)
: 16 – 20
c. 168 : ((17 – 24) × (–19 + 15))
d. 360 : (15 + ((27 – 32) × (–9 + 16)))
e. 420 : (–7) + 70 – 30 × (–8) + 15
f. 13 × (140 :
(–7)) + (–2) × 19
Penyelesaian:
a. Ingat kerjakan yang ada perkalian dan
pembagian terlebih dahulu
45 + 56 × 48 –
216 : 9
= 45 + (56 × 48) – (216
: 9)
= 45 + 2688 – 24
= 2709
b. Sama seperti soal 1a, kerjakan yang ada
perkalian dan pembagian terlebih dahulu, karena perkalian dan pembagian
sama-sama kuat maka kerjakan dari kiri yakni perkalian dulu baru kemudian
pembagian:
(–9) – 6 × (–72)
: 16 – 20
= (–9) – (6 × (–72))
: 16 – 20
= (–9) – (–432) : 16 – 20
= (–9) – (–432 : 16) – 20
= (–9) – (–27) – 20
= (–9) + 27 – 20
= – 2
c. Ingat kerjakan yang ada dalam kurung terlebih
dahulu dan mulai dari kiri:
168 : ((17 – 24) × (–19 + 15))
= 168 : ((– 7) × (–4))
= 168 : 28
= 6
d. Sama seperti soal 1c, kerjakan yang ada dalam
kurung terlebih dahulu, maka:
360 : (15 + ((27 – 32) × (–9 + 16)))
= 360 : (15 + (– 5 × 7))
= 360 : (15 + (– 35))
= 360 : (– 20)
= –18
e. Ingat kerjakan yang ada perkalian dan
pembagian terlebih dahulu, karena perkalian dan pembagian sama-sama kuat maka
kerjakan yang ada di kiri terlebih dahulu:
420 : (–7) + 70 – 30 × (–8) + 15
= (420 : (–7)) + 70 – (30 × (–8)) + 15
= –60 + 70 – (–240) + 15
= –60 + 70 + 240 + 15
= 265
Ingat** bahwa –(–240) = 240 atau –(–240) = + 240
f. Sama seperti soal 1d, kerjakan yang ada dalam
kurung terlebih dahulu, maka:
13 × (140 :
(–7)) + (–2) × 19
= 13 × (–20)
+ (–2) × 19
= (13 × (–20))
+ ((–2) × 19)
= (–260) + (–38)
= –298
operasi bilangan pecahan
Bilangan pecahan adalah suatu bilangan yang terdiri atas pembilang
dan penyebut. Pembilang ini merupakan bilangan yang terdapat di atas
penyebut atau merupakan bilangan yang akan di bagi oleh penyebut.
Penyebut adalah bilangan yang terdapat di bawah pembilang atau
merupakan bilangan yang akan membagi penyebut. Untuk lebih jelasnya bisa
dibaca dibawah ini
• Pembilang = bilangan yang di bagi
• Penyebut = bilangan yang membagi
Perhatikan :
2
—
3 Keterangan:
2 merupakan pembilang
3 merupakan penyebut
Jika pada pecahan campuran, terdiri atas bilangan bulat dan pecahan biasa. Perhatikan bentuk pecahan campuran berikut ini : Keterangan :
3 merupakan bilangan biasa
1/2 merupakan pecahan biasa Menghitung Bilangan Pecahan Campuran
Untuk bisa menghitung bilangan pecahan campuran maka harus mencari ubahan pecahan campuran ke pecahan biasa. Setelah itu baru melakukan
operasi hitung sesuai dengan perhitungan pecahan biasa, kemudian ubah pecahan biasa ke pecahan campuran untuk di sederhanakan. 1. Cara Menambahkan Bilangan Pecahan Campuran
Menambahkan bilangan pecahan campuran adalah proses perhitungan
dengan operator tambah. Untuk itu terlebih dahulu anda harus mengubah
pecahan campuran ke pecahan biasa lalu baru lakukan proses penambahan
seperti penambahan bilangan pecahan biasa. Jika masih bingung silahkan
dilihat contoh soal dibawah ini.
Pertama, ubah masing-masing pecahan campuran tersebut ke pecahan biasa secara terpisah:
Setelah masing-masing pecahan campuran di ubah ke dalam pecahan biasa,
lakukan proses penambahan sesuai dengan penambahan pecahan biasa.
Jadi, hasil yang di dapatkan :
Jika penyebutnya sama, maka langsung saja di tambahkan pembilangnya.
Jika tidak, maka samakan dulu penyebutnya kemudian tambahkan
pembilangnya jika sudah sama. 2. Cara Mengurangkan Bilangan Pecahan Campuran
Untuk cara mengurangkan bilangan pecahan ini terlebih dahulu ubah
pecahan campuran ke pecahan biasa lalu dikurangi pecahan sesuai dengan
cara sebelumnya. Lihat contoh dibawah ini :
Ubah masing-masing pecahan campuran tersebut ke dalam pecahan biasa secara terpisah,
Setelah itu, lakukan proses pengurangan (jika penyebutnya sama maka
pembilang langsung di kurangkan, jika tidak samakan terlebih dahulu
penyebutnya),
Jadi, hasil yang di dapatkan : 3. Cara Mengalikan Bilangan Pecahan Campuran
Caranya ubah terlebih dahulu pecahan campuran ke dalam pecahan biasa.
Lalu lakukan proses perkalian sesuai dengan cara mengalikan pecahan
biasa (pembilang di kalikan dengan pembilan dan penyebut dikalikan
dengan penyebut). Lihat contoh dibawah ini :
Ubah terlebih dahulu pecahan campuran tersebut ke dalam pecahan biasa secara terpisah,
Kemudian, kalikan pecahan yang telah di ubah tadi dan kemudian sederhanakan jika di butuhkan.
Jadi, hasil yang didapatkan : 4. Cara Membagi Bilangan Pecahan Campuran
Caranya harus mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa, lalu
operasi pembagian ke pecahan yang sudah diubah dengan membalikkan
pecahan sebagai pembagi (pembilang menjadi penyebut dan penyebut menjadi
pembilang). Setelah itu baru pengalian seperti hal yang telah dilakukan
di atas.Lihat contoh soal dibawah ini
Pertama, ubah pecahan campuran ke pecahan biasa secara terpisah.
Kemudian lakukan pembagian dengan membalikkan pembaginya (pembilang
jadi penyebut dan penyebut menjadi pembilang). Setelah itu lakukan
pengalian seperti pengalian sebelumnya.
Jadi, didapatkan hasil. Kesimpulan :
1. Bilangan pecahan didefinisikan sebagai bilangan a/b. Dimana a
merupakan bilangan bulat dan b merupakan bilangan buat (b tidak boleh
sama dengan 0).
2. Bilangan pecahan campuran terdiri atas bilangan bulat dan pecahan biasa.
3. Cara menghitung bilangan pecahan campuran yaitu dengan 4 metode
diantaranya penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian.
4. Perhitungan pecahan campuran hampir sama dengan perhitungan
pecahan biasa, tetapi pada pecahan campuran terlebih dahulu diubah
menjadi pecahan biasa.
perbandingan
RUMUS PERBANDINGAN DAN CONTOH SOAL
Dibawah ini kita akam membahas rumus perbandingan yang akan disertai dengan contoh soal perbandingan,
Jarak sebenarnya = Jarak pada peta x Skala
Contoh :
1. Diketahui jarak pada peta 2 cm. Berapa jarak sebenarnya bila skala tersebut 1 : 500
Jawab :
Jarak sebenarnya : jarak pada peta x skala
Jarak sebenarnya : 2 cm x 500
: 1000 cm
2. Berapakah Perbandingan dari 35 : 25 : 5
Jawab : 35 : 25 : 5 Di bagi angka yg
7 : 5 : 1 terkecil
3. Berapakah hasil perbandingan 4 : 2 : 1 dari 98 buah kelereng.
Jawab : x 98 = 4 x 14 = 56
x 98 = 2 x 14 = 28
x 98 = 1 x 14 = 14
4. berapa hasil perbandingan 3 : 6 dari 81
jawab : x 81 = 3 x 9 = 27
x 81 = 7 x 9 = 63
5. berapa umur budi dan ani jika perbandingan
3 : 7 dan selisih umur mereka 12
jawab : x 12 = 3 x 3 = 9
x 12 = 7 x 3 = 21
operasi bilangan berpangkat
Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Langung saja :
32 = 3 x 3
23 = 2 x 2 x 2
56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5
Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.
Dengan a bilangan bulat dan n bilangan bulat positif Dari pengertian di atas akan diperoleh sifat-sifat berikut. Sifat 1 an x an = am + n
24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 )
= 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
= 27
= 24+3 Sifat 2 am : an = am – n, m > n
55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5)
= 5 x 5
= 52
= 55 – 3 Sifat 3 (am)n = am x n
(34)2 = 34 x 34
= (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3)
= (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3)
= 38
= 34 x 2 Sifat 4 (a x b)m = am x bm
(4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2)
= (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2)
= 43 x 23 Sifat 5 (a : b)m = am : bm
(6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3)
= (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3)
= 64 : 34
Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Negatif
Dari pola bilangan itu dapat disimpulkan bahwa 20 = 1 dan 2-n = 1/2n , secara umum dapat ditulis :
Pecahan Berpangkat Bilangan Bulat
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a
dan b bilangan bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan
dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan
dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan
bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat. Contoh:
Tentukan hasil berikut ini!
(1/2)5 Jawab :
Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat Pecahan
Bilangan Rasional dan Irasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b
dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional merupakan
gabungan dari bilangan bulat, nol, dan pecahan. Contoh bilangan rasional
adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4, dan 5/9.
Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika
dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau
bukan desimal yang berulang. Misalnya
√2 = 1,414213562 …. Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan irasional disebut bilangan real.
Bentuk Akar
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, contoh bilangan irasional
adalah √2 dan √5 . Bentuk seperti itu disebut bentuk akar. Dapatkah
kalian menyebutkan contoh yang lain?
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional.
Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan salah satu akar memenuhi definisi
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0 Contoh :
Sederhanakan bentuk akar berikut √75 Jawab :
√75 = √25×3 = √25 x √3 = 5√3
Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya
Bentuk √a dengan a bilangan bulat tidak negatif disebut bentuk akar
kuadrat dengan syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama
dengan a. oleh karena itu √2,√3, √5, √10, √15 dan √19 merupakan bentuk
akar kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar n√am dapat ditulis am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/n disebut bentuk pangkat pecahan. contoh : jawab :
Operasi Aljabar pada Bentuk Akar
Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki suku-suku yang sejenis.
kesimpulan :
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
a√b + c√b = (a + c)√b
a√b – c√b = (a – c)√b
Perkalian dan Pembagian
Contoh :
Tentukan hasil operasi berikut : jawab :
Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)” = a^’. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi perpangkatan dari akar suatu bilangan.
Contoh:
Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan
lebih mudah menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk
akarnya. Sebelum melakukan operasi campuran, pahami urutan operasi
hitung berikut.
Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada dalam tanda kurung.
Jika tidak ada tanda kurungnya maka
pangkat dan akar sama kuat;
kali dan bagi sama kuat;
tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu;
kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh :
Merasionalkan Penyebut
Dalam perhitungan matematika, sering kita temukan pecahan dengan penyebut bentuk akar, misalnya
Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus
dirasionalkan terlebih dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada
penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-pecahan yang akan
dirasionalkan berturut-turut adalah
Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut
bilangan irasional menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional.
Penyebut Berbentuk √b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta √b adalah bentuk akar maka pecahan a/√b dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan √b/√b . Contoh :
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Penyebut Berbentuk (a+√b) atau (a+√b)
Jika pecahan-pecahan mempunyai penyebut berbentuk (a+√b) atau (a+√b)
maka pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan
pembilang dan penyebutnya dengan sekawannya. Sekawan dari (a+√b) adalah
(a+√b) adalah dan sebaliknya.
Bukti
Penyebut Berbentuk (√b+√d) atau (√b+√d)
Pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan mengalikan pembilang dan
penyebutnya dengan bentuk akar sekawannya, yaitu sebagai berikut.
bilangan bentuk akar
Berikut adalah penjelasan mengenai
beberapa jenis operasi bentuk akar beserta rumus, contoh dan
pembahasannya seperti : penjumlahan dan pengurangan bentuk akar,
perkalian bentuk akar, pembagian bentuk akar, merasionalkan penyebut dan
persamaan pangkat sederhana.
incoming search term:
rumus hitung, bentuk akar, persamaan akar, operasi akar, soal bentuk akar
pola barisan bilangan
ola bilangan sendiri memiliki arti
suatu susunan bilangan yang memiliki bentuk teratur atau suatu bilangan
yang tersusun dari beberapa bilangan lain yang membentuk suatu pola .
Dan pola bilanga juga memiliki banyak jenisnya atau macamnya . Pada
kesempatan kali ini , kita akan mempelajarinya bersama .
Macam – macam Pola Bilangan
Macam – macam pola bilngan meliputi beberapa jenis berikut ini :
Pola Bilangan Ganjil
Poal bilangan ganjil yaitu pola bilangan
yang terbentuk dari bilangan – bilangan ganjil . Sedangkan pengertian
dari bilangan ganjil sendiri memiliki arti suatu bilangan asli yang
tidak habis dibagi dua ataupun kelipatannya .
advertisements
pola bilangan ganjil adalah : 1 , 3 , 5 , 7 , 9 , . . . .
Gambar Pola bilangan ganjil :
Rumus Pola Bilangan ganjil
1 , 3 , 5 , 7 , . . . , n , maka rumus pola bilangan ganjil ke n adalah :
Un = 2n – 1
Contoh :
1 , 3 , 5 , 7 , . . . , ke 10
Berapakah pola bilangan ganjil ke 10 ?
Jawab :
Un = 2n – 1
U10 = 2 . 10 – 1
= 20 – 1 = 19
2. Pola Bilangan Genap
pola bilangan genap yaitu pola bilangan
yang terbentuk dari bilangan – bilangan genap . Bilangan genap yaitu
bilangan asli yaitu bilangan asli yang habis dibagi dua atau
kelipatannya .
Pola bilangan genap adalah : 2 , 4 , 6 , 8 , . . .
Gambar pola bilangan genap :
Rumus Pola bilangan genap
2 , 4 , 6 , 8 , . . . . , n maka rumus pola bilangan genap ke n adalah :
Un = 2n
Contoh :
2 , 4 , 6 , 8 , . . . ke 10 .berapakah pola bilangan genap ke 10 ?
jawab :
Un = 2n
U10 = 2 x 10
= 20
3. Pola bilangan Persegi
Pola bilangan persegi , yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk suatu pola persegi .
Pola bilangan persegi adalah 1 , 4 , 9 , 16 , 25 , . . .
Gambar Pola bilangan persegi :
Rumus Pola bilangan persegi
1 , 4 , 9 , 16 , 25 , 36 , . . . , n maka rumus untuk mencari pola bilangan persegi ke n adalah :
Un = n2
Contoh :
Dari suatu barisan bilangan 1 , 2 , 9 ,
16 , 25 , 36 , . . . ,ke 10 . Berapakah pola bilangan ke 10 dalam pola
bilangan persegi ?
Jawab :
Un = n2
U10 = 102 = 100
4. Pola Bilangan Persegi Panjang
Pola bilangan persegi panjang yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk pola persegi panjang .
Pola persegi panjang adalah 2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . .
Gambar Pola Bilangan persegi panjang :
Rumus pola bilangan persegi panjang
2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . . n , maka Rumus Pola bilangan Persegi panjang ke n adalah :
Un = n . n + 1
Contoh :
Dari suatu barisan bilangan 2 , 6 , 12 , 20 , 30 , . . . , ke 10 . Berapakah pola bilangan persegi ke 10 ?
Jawab :
Un = n . n+ 1
U10 = 10 . 10 + 1
= 10 . 11
= 110
5. Pola Bilangan Segitiga
Pola bilangan segitiga yaitu suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah pola bilangan segitiga .
Pola bilangan segitiga adalah : 1 , 3 , 6 , 10 , 15 , . . .
Gambar Pola bilangan segitiga :
Rumus Pola Bilangan Segitiga :
1 , 3 , 6 , 10 , 15 , 21 , 28 , 36 , . . . , ke n . Maka rumus pola bilangan segitiga ke n adalah :
Un = 1 / 2 n ( n + 1 )
Contoh Soal :
Dari suatu barisan bilangan 1 , 3 , 6 , 10 , 15 , 21 , 28 , 36 , . . . , ke 10 . Berapakah pola bilangan segitiga ke 10 ?
Jawab :
Un = 1/2 n ( n + 1 )
U 10 = 1/2 .10 ( 10 + 1 )
= 5 ( 11 ) = 55
6. Pola Bilangan FIBONACCI
Pola bilangan fibonacci yaitu suatu bilangan yang setiap sukunya merupakan jumlah dari dua suku di depanya .
Perbedaan Barisan dan Deret (Aritmatika dan Geometri)
Barisan adalah himpunan yang anggotanya merupakan hasil pemetaan dari bilangan asli.
Contoh barisan :
1, 2, 3, 4, 5
2, 5, 8, 11, 14
Deret adalah penjumlahan dari anggota-anggota suatu barisan.
Contoh deret :
1 + 2 + 3 + 4
2 + 5 + 8 + 11
Format Barisan
format barisan
Format Deret
format deretRumus Deret Aritmatika
Rumus Deret AritmatikaContoh Soal : Soal 1 dan Pembahasan
Diketahui barisan aritmatika dengan U2 + U5 + U20 = 54. Suku ke-9 barisan tersebut adalah…
16
17
18 D. 19
20
Pembahasan
Pada dasarnya, untuk mengerjakan soal seperti ini yang perlu kita
lakukan adalah mencari nilai suku pertama (a) dan beda barisan (b). Akan
tetapi, pada sebagian soal kita tidak dapat menentukan nilai a dan b
sehingga yang harus kita lakukan adalah melihat hubungan antara
persamaan yang ditanya dengan persamaan yang diketahui. Dari soal
diperoleh persamaan :
U2 + U5 + U20 = 54
⇒ (a + b) + (a + 4b) + (a + 19b) = 54
⇒ 3a + 24b = 54
⇒ a + 8b = 18
Rumus untuk menghitung suku ke-9 adalah sebagai berikut :
U9 = a + 8b
⇒ U9 = a + 8b = 18 (opsi C)
Soal 2 dan Pembahasan
Dalam suatu barisan aritmatika, jika U3 + U7 = 56 dan U6 + U10 = 86 , maka suku ke-2 barisan aritmatika tersebut sama dengan …
13
16
20 D. 24
28
Pembahasan
Dari soal diperoleh dua persamaan sebagai berikut :
U3 + U7 = 56
⇒ (a + 2b) + (a + 6b) = 56
⇒ 2a + 8b = 56
⇒ a + 4b = 28.
U6 + U10 = 86
⇒ (a + 5b) + (a + 9b) = 86
⇒ 2a + 14b = 86
⇒ a + 7b = 43.
Dari dua persamaan di atas, nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan metode substitusi sebagai berikut :
a + 4b = 28 → a = 28 – 4b → substitusi ke persamaan (2).
⇒ a + 7b = 43
⇒ 28 – 4b + 7b = 43
⇒ 28 + 3b = 43
⇒ 3b = 15
⇒ b = 5
Karena b = 5, maka a = 28 – 4(5) = 28 – 20 = 8.
Jadi, suku ke-2 barisan aritmatika tersebut adalah :
U2 = a + b
⇒ U2 = 8 + 5
⇒ U2 = 13 (Opsi A) Soal 3 dan Pembahasan
Diketahui U2 + U4 = 12 dan U3 + U5 = 16, maka suku ke-7 barisan itu adalah …
30
28
22 D. 18
14
Pembahasan
Dari soal diperoleh dua persamaan sebagai berikut :
(1) U2 + U4 = 12
⇒ (a + b) + (a + 3b) = 12
⇒2 a + 4b = 12
⇒ a + 2b = 6.
(2) U3 + U5 = 16
⇒ (a + 2b) + (a + 4b) = 16
⇒ 2a + 6b = 16
⇒ a + 3b = 8.
Dari dua persamaan di atas, nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan metode substitusi sebagai berikut :
a + 2b = 6 → a = 6 – 2b → substitusi ke persamaan (2).
a + 3b = 8
⇒ 6 – 2b + 3b = 8
⇒ 6 + b = 8
⇒ b = 2
Karena b = 2, maka a = 6 – 2(2) = 6 – 4 = 2.
Jadi, suku pertama barisan itu adalah 2 dan suku ke-7 barisan aritmatika tersebut adalah :
U7 = a + 6b
⇒ U7 = 2 + 6(2)
⇒ U7 = 14 (Opsi E) Soal 4 dan Pembahasan
Diketahui barisan aritmatika dengan U1 + U10 + U19 = 96. Suku ke-10 barisan tersebut sama dengan …
22
27
32 D. 37
42
Pembahasan
Dari soal diperoleh persamaan sebagai berikut :
U1 + U10 + U19 = 96
⇒ a + a + 9b + a + 18b = 96
⇒ 3a + 27b = 96
⇒ a + 9b = 32
Suku ke-10 barisan aritmatika tersebut adalah :
U10 = a + 9b
⇒ U10 = a + 9b = 32 (Opsi C)
Jika U2 + U15 + U40 = 165, maka suku ke-19 barisan aritmatika tersebut adalah …
10
19
28,5 D. 55
82,5
Pembahasan
Dari soal diperoleh persamaan sebagai berikut :
U2 + U15 + U40 = 165
⇒ a + b + a + 14b + a + 39 b = 165
⇒ 3a + 54b = 165
⇒ a + 18b = 55
Suku ke-19 barisan aritmatika tersebut adalah :
U19 = a + 18b
⇒ U19 = 55 (opsi D). Deret Geometri
Jumlah dari n suku pertama suatu barisan geometri disebut sebagai deret geometri. Jika suku ke-n dari barisan geometri dirumuskan: an = a1rn– 1, maka deret geometri dapat dituliskan sebagai,
rumus deret geometriSoal No. 1 dan Pembahasan
Diberikan sebuah deret geometri sebagai berikut.
3 + 6 + 12 + ….
Tentukan suku ke-5 dari deret tersebut! Pembahasan
Rumus suku ke-n deret geometri
Un = arn −1
dimana
a = suku pertama
r = rasio
Dari soal
a = 3
r = 6/3 = 2
sehingga
Un = arn−1
U5 = 3 (2)5 −1 = 3 (2)4 = 3(16) = 48 Soal No. 2 dan Pembahasan
Diketahui suku pertama suatu deret geometri adalah 4 dengan suku ke-5 adalah 324. Tentukan rasio dari deret tersebut! Pembahasan
Data dari soal di atas
U5 = 324
a = 4
Dari Un = arn −1
contoh soal 2 deret geometriSoal No. 3 dan Pembahasan
Deret geometri 12 + 6 + 3 + ….
Tentukan U3 + U5 Pembahasan
U3 = 3
a = 12
r = 6/12 = 1/2
Un = arn −1
U5 = 12(1/2)5 −1 = 12(1/2)4 = 12(1/16) = 12/16 = 3/4
Sehingga
U3 + U5 = 3 + 3/4 = 3 3/4 Soal No. 4
Diberikan sebuah deret geometri sebagai berikut.
3 + 6 + 12 + ….
Tentukan jumlah 7 suku pertama dari deret tersebut! Pembahasan
Data:
a = 3
r = 6/3 = 2
S7 =…. Rumus mencari jumlah n suku pertama deret geometri untuk rasio lebih besar dari satu r > 1
soal dan pembahasan 4 deret geometriSoal No. 5 dan Pembahasan
Diberikan sebuah deret geometri sebagai berikut.
24 + 12 + 6 +…
Tentukan jumlah 7 suku pertama dari deret tersebut! Pembahasan
Data:
a = 24
r = 12/24 = 1/2
S7 =…. Rumus mencari jumlah n suku pertama deret geometri untuk rasio lebih kecil dari satu r < 1
Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat
huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal
yang tidak diketahui seperti banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan
sebuah bis dalam tiap minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau
banyaknya makanan ternak yang dibutuhkan dalam 3 hari, dapat dicari dengan
menggunakan aljabar.
A. UNSUR -
UNSUR ALJABAR
1. Variabel, Konstanta, dan Faktor
Perhatikan
bentuk aljabar 5x + 3y + 8x – 6y + 9. Pada bentuk aljabar tersebut, huruf x dan
y disebut variabel. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.
Adapun
bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta. Konstanta adalah suku
dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel. Jika
suatu bilangan a dapat diubah menjadi a = p X q dengan a, p, q bilangan bulat,
maka p dan q disebut faktor-faktor dari a.
Pada bentuk
aljabar di atas, 5x dapat diuraikan sebagai 5x = 5 X x atau 5x = 1 X 5x. Jadi,
faktor-faktor dari 5x adalah 1, 5, x, dan 5x. Adapun yang dimaksud koefisien
adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar. Perhatikan koefisien
masing-masing suku pada bentuk aljabar 5x + 3y + 8x – 6y + 9. Koefisien pada
suku 5x adalah 5, pada suku 3y adalah 3, pada suku 8x adalah 8, dan pada suku
–6y adalah –6.
2. Suku
Sejenis dan Suku Tak Sejenis
a) Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar
yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
Suku-suku
sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing
variabel yang sama. Contoh: 5x dan –2x, 3a2 dan a2, y dan 4y, ...
Suku tak
sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing
variabel yang tidak sama. Contoh: 2x dan –3x2, –y dan –x3, 5x dan –2y, ...
b) Suku satu
adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 2a2, –4xy, ...
c) Suku dua
adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x + 3, a2 – 4, 3x2 – 4x, ...
d) Suku tiga
adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x2 – x + 1, 3x + y – xy, ...
Bentuk
aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku banyak.
B. OPERASI HITUNG PADA ALJABAR
1.
Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Pada bentuk
aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada
suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan koefisien pada suku-suku yang
sejenis.
2. Perkalian
Perlu kalian
ingat kembali bahwa pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan, yaitu a X (b + c) = (a X b) + (a X c) dan sifat
distributif perkalian terhadap pengurangan, yaitu a X (b – c) = (a X b) – (a X
c), untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c. Sifat ini juga berlaku pada
perkalian bentuk aljabar.
3.
Perpangkatan
Coba kalian
ingat kembali operasi perpangkatan pada bilangan bulat. Operasi perpangkatan
diartikan sebagai perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Hal ini juga
berlaku pada perpangkatan bentuk aljabar. Pada perpangkatan bentuk aljabar suku
dua, koefisien tiap suku ditentukan menurut segitiga Pascal. Misalkan kita akan
menentukan pola koefisien pada penjabaran bentuk aljabar suku dua (a + b)n,
dengan n bilangan asli.
Perhatikan
uraian berikut:
Pada
segitiga Pascal tersebut, bilangan yang berada di bawahnya diperoleh dari
penjumlahan bilangan yang berdekatan yang berada di atasnya.
4. Pembagian
Hasil bagi
dua bentuk aljabar dapat kalian peroleh dengan menentukan terlebih dahulu
faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut, kemudian melakukan
pembagian pada pembilang dan penyebutnya.
5. Substitusi
pada Bentuk Aljabar
Nilai suatu
bentuk aljabar dapat ditentukan dengan cara menyubstitusikan sebarang bilangan
pada variabel-variabel bentuk aljabar tersebut.
6.
Menentukan KPK dan FPB Bentuk Aljabar
Coba kalian
ingat kembali cara menentukan KPK dan FPB dari dua atau lebih bilangan bulat.
Hal itu juga berlaku pada bentuk aljabar. Untuk menentukan KPK dan FPB dari
bentuk aljabar dapat dilakukan dengan menyatakan bentuk-bentuk aljabar tersebut
menjadi perkalian faktor-faktor primanya. Perhatikan contoh berikut:
C. PECAHAN BENTUK ALJABAR
1.
Menyederhanakan Pecahan Bentuk Aljabar
Suatu
pecahan bentuk aljabar dikatakan paling sederhana apabila pembilang dan
penyebutnya tidak mempunyai faktor persekutuan kecuali 1, dan penyebutnya tidak
sama dengan nol. Untuk menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapat dilakukan
dengan cara membagi pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan FPB dari
keduanya.
2. Operasi
Hitung Pecahan Aljabar dengan Penyebut Suku Tunggal
a.
Penjumlahan dan pengurangan
Pada bab sebelumnya,
kalian telah mengetahui bahwa hasil operasi penjumlahan dan pengurangan pada
pecahan diperoleh dengan cara menyamakan penyebutnya, kemudian menjumlahkan
atau mengurangkan pembilangnya. Kalian pasti juga masih ingat bahwa untuk
menyamakan penyebut kedua pecahan, tentukan KPK dari penyebut-penyebutnya.
Dengan cara yang sama, hal itu juga berlaku pada operasi penjumlahan dan
pengurangan bentuk pecahan aljabar. Perhatikan contoh berikut:
b. Perkalian dan pembagian
Perkalian pecahan aljabar tidak jauh berbeda dengan perkalian bilangan pecahan.
Perhatikan contoh berikut:
c. Perpangkatan pecahan bentuk aljabar
Operasi
perpangkatan merupakan perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Hal ini
juga berlaku pada perpangkatan pecahan bentuk aljabar. Perhatikan contoh
berikut:
persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel
1. Persamaan Linear
Persamaan linear merupakan sebuah
persamaan aljabar dimana tiap sukunya mengandung konstanta atau
perkalian konstanta dengan tanda sama dengan serta variabelnya
berpangkat satu. Persamaan ini dikatakan linear karena jika kita
gambarkan dalam koordinat cartesius berbentuk garis lurus. Sistem
persamaan linear disebut sistem persamaan linear satu variabel karena
dalam sistem tersebut mempunyai satu variabel. Bentuk umum untuk
persamaan linear satu variabel yaitu y=mx+b yang dalam hal ini konstanta
m menggambarkan gradien garis serta konstanta b adalah titik potong
garis dengan sumbu-y.
adversitemens
Jika dalam sistem persamaan linear
terdapat dua variabel maka sistem persamaannya disebut sistem persamaan
linear dua variabel yang mempunyai bentuk umum Ax+By+C=0 dimana bentuk
umum ini mempunyai bentuk standar ax+by=c dengan konstanta ≠0.
Dalam mencari titik potong suatu gradien kita gunakan rumus sebagai berikut :
Titik potong dengan sumbu x maka
Titik potong dengan sumbu y maka
Untuk persamaan linear yang memiliki lebih dari dua variabel memiliki bentuk umum :
dimana a1 merupakan koefisien untuk variabel pertama x1, begitu juga untuk yang lainnya sampai variabel ke-n.
Untuk lebih memahami masalah persamaan linera perhatikan contoh berikut :
1. Berikut ini diberikan bentuk beberapa persamaan, tentukan apakah termasuk persamaan linear atau bukan.
a. x + y = 5 (persamaan linear dua variabel)
b. x2 + 6x = -8 (persamaan kuadrat satu variabel)
c. p2 + q2 = 13 (persamaan kuadrat dua variabel)
d. 2x + 4y + z = 6 (persamaan linear tiga varibel)
2. Carilah penyelesaian sistem persamaan x + 2y = 8 dan 2x – y = 6
Jawab ;
x + 2y = 8
2x – y = 6
(i) mengeliminasi variable x
x + 2y = 8 | x 2 | –> 2x + 4y = 16
2x – y = 6 | x 1 | –> 2x – y = 6 – ………*
5y = 10
y = 2
masukkan nilai y = 2 ke dalam suatu persamaan
x + 2 y = 8
x + 2. 2 = 8
x + 4 = 8
x = 8 – 4
x = 4
HP = {4, 2}
(ii) mengeliminasi variable y
x + 2y = 8 | x 1 | –> x + 2y = 8
2x – y = 6 | x 2 | –> 4x – 2y = 12 + ……*
5x = 20
x = 4
masukkan nilai x = 4 ke dalam suatu persamaan
x + 2 y = 8
4 + 2y = 8
2y = 8 – 4
2y = 4
y = 2
4 = 2
HP = {4, 2}
3. Selesaikan soal no 2 menggunakan cara substitusi
Jawab :
Kita ambil persamaan pertama yang akan disubstitusikan yaitu x + 2y = 8
Selanjutnya persamaan tersebut kita ubah menjadi x = 8 – 2y,
Persamaan yang diubah tersebut disubstitusikan ke persamaan
2x – y = 6 menjadi : 2 (8 – 2y) – y = 6 ; (x persamaan kedua menjadi x = 8 – 2y)
16 – 4y – y = 6
16 – 5y = 6
-5y = 6 – 16
-5y = -10
5y = 10
y = 2
masukkan nilai y=2 ke dalam salah satu persamaan :
x + 2y = 8
x + 2. 2. = 8
x + 4 = 8
x = 8 – 4
x = 4
Jadi penyelesaian sistem persamaan tersebut adalah x = 4 dan y = 2.
Himpunan penyelesaiannya : HP = {4, 2}
4. Harga 2 buah mangga dan 3 buah jeruk adalah Rp. 6000, kemudian
apabila membeli 5 buah mangga dan 4 buah jeruk adalah Rp11.500,-
Berapa jumlah uang yang harus dibayar apabila kita akan membeli 4 buah mangga dan 5 . buah jeruk ?
Jawab :
Dalam menyelesaikan persoalan cerita seperti di atas diperlukan penggunaan model matematika.
Misal: harga 1 buah mangga adalah x dan harga 1 buah jeruk adalah y
Maka model matematika soal tersebut di atas adalah :
2x + 3 y = 6000
5x + 4 y = 11500
Ditanya 4 x + 5 y = ?
Kita eliminasi variable x :
2x + 3 y = 6000 | x 5 | = 10x + 15 y = 30.000
5x + 4 y = 11500 | x 2 | = 10x + 8 y = 23.000 – ( karena x persamaan 1 dan 2 +)
7y = 7000
y = 1000
masukkan ke dalam suatu persamaan :
2x + 3 y = 6000
2x + 3 . 1000 = 6000
2x + 3000 = 6000
2x = 6000 – 3000
2x = 3000
x = 1500
didapatkan x = 1500 (harga sebuah mangga) dan y = 1000 (harga sebuah jeruk)
sehingga uang yang harus dibayar untuk membeli 4 buah mangga dan 5 buah jeruk
adalah 4 x + 5 y = 4. 1500 + 5. 1000
= 6000 + 5000 = Rp. 11.000,-
2. Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan linear merupakan kalimat terbuka dalam matematika
yang terdiri dari variabel berderajat satu dan dihubungkan dengan tanda
pertidaksamaan. Bentuk umum dari pertidaksamaan linear dua variabel
yaitu :
ax+by>c
ax+by<c
ax+by≥c
ax+by≤c
dengan a koefisien untuk x, b koefisien dari y dan c konstanta dimana a,b,c anggota bilangan riil dan a≠0,b≠0 .
Suatu penyelesaian dari pertidaksamaan linear biasanya digambarkan
dengan grafik, adapun langkah-langkah dalam menggambar grafik
pertidaksamaan linear yaitu sebagai berikut :
1. Ubah tanda ketidaksamaan menjadi persamaan
2. Tentukan titik potong koordinat kartesius dengan sumbu x dan sumbu y.
3. Gunakan titik uji untuk menentukan daerah penyelesaian.
4. Gambarkan grafiknya dan beri arsiran pada daerah penyelesaiannya.
Untuk lebih memahami tentang pertidaksamaan perhatikan beberapa contoh berikut :
contoh 1.
contoh 2.
contoh 3.
Gambarlah daerah penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear berikut untuk x, y anggota bilangan real.
–x + 8y ≤ 80
2x – 4y ≤ 5
2x + y ≥ 12
2x – y ≥ 4
x ≥ 0, y ≥ 0
Penyelesaian :
Ubah pertidaksamaan menjadi bentuk persamaan dan gambarkan pada bidang koordinat
Selanjutnya uji titiknya untuk menentukan daerah penyelesaian. Dapat
dengan cara substitusi atau dengan garis bilangan. Pada contoh kali ini
menggunakan substitusi misalkan kita pilih titik (0,12)
Setelah titk tersebut disubstitusi menghasilkan pernyataan yang
salah, sehingga daerah penyelesaiannya berlawanan dengan daerah yang
mengandung titik (0,12).
Dengan cara yang sama untuk persamaan yang lain telah kita peroleh grafik sebagai berikut.
Daerah penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut adalah daerah yang terkena seluruh arsiran, yaitu :
Semoga artikel ini dapat bermanfaat, selain materi persamaan dan pertidaksamaan linear ini sebelumnya telah saya berikan materi pertidaksamaan kuadrat. Selamat Belajar dan Semoga Sukses.
himpunan
Contoh Soal 1:
Dari 42 kambing yang ada di
kandang milik pak Arman, 30 kambing menyukai rumput gajah, dan 28 ekor kambing
menyukai rumput teki. apabila ada 4 ekor kambing yang tidak menyukai kedua
rumput tersebut, berapa ekor kambing yang menyukai rumput gajah dan rumput
teki?
Pembahasan:
untuk mencarinya, kita gunakan
rumus himpunan berikut:
n{AΛB} = (n{A} + n{B}) - (n{S} -
n{X})
n{AΛB} = (30 + 28) - (42 - 4)
n{AΛB} = 58 - 38
n{AΛB} = 20
Jadi, jumlah kambing yang
menyukai kedua jenis rumput tersebut adalah 20 ekor.
Contoh Soal 2:
Siswa kelas 7 SMP Tunas Mekar
adalah 45. tiap-tiap siswa memilih dua jenis pelajaran yang mereka sukai.
diketahui ada 27 siswa yang menyukai pelajaran Matematika dan 26 siswa menyukai
pelajaran Bahasa Inggris. Sementara siswa yang tidak menyukai kedua pelajaran
tersebut ada 5 orang. Tentukanlah banyaknya siswa yang menyukai pelajaran
bahasa inggris dan matematika serta gambarlah diagram venn-nya.
Pembahasan:
Kita cari terlebih dahulu jumlah
siswa yang menyukai kedua pelajaran tersebut:
n{AΛB} = (n{A} + n{B}) - (n{S} -
n{X})
n{AΛB} = (27 + 26) – (45 – 5)
n{AΛB} = 13
Maka dapat disimpulkan bahwa:
Siswa yang menyukai matematika
saja = 27 - 13 = 14 siswa
Siswa yang menyukai bahasa
inggris saja = 26 - 13 = 13 siswa
Maka gambar diagram venn-nya adalah:
Contoh Soal 3:
Di dalam sebuah ruangan terdapat 150 siswa yang baru lulus
SMP. Diketahui ada 75 siswa memilih untuk masuk SMA dan 63 siswa memilih untuk
masuk SMK sementara ada 32 siswa yang belum menentukan pilihannya. Lalu,
berapakah banyaknya siswa yang hanya memilih untuk masuk SMA dan SMK saja?
Pembahasan:
Siswa yang memilih masuk SMA dan SMK adalah:
n{AΛB} = (n{A} + n{B}) - (n{S} - n{X})
n{AΛB} = (75 + 63) – (150 – 32)
n{AΛB} = 138 – 118
n{AΛB} = 20 siswa
Siswa yang memilih masuk SMA saja = 75 – 20 = 55 orang
Siswa yang mmeilih masuk SMK saja = 63 – 20 = 43 orang
Contoh Soal 4:
Dari 40 orang bayi, diketahui bahwa ada 18 bayi yang gemar
memakan pisang, 25 bayi gemar makan bubur, dan 9 bayi menyukai keduanya. Lalu
ada berapa bayi yang tidak menyukai pisang dan bubur?
Pembahasan:
n{AΛB} = (n{A} + n{B}) - (n{S} - n{X})
9 = (18 + 25) - (40 - n{X})
9 = 43 - 40 + n{X}
9 = 3 + n{X}
9 - 3 = n{X}
n{X} = 6
Contoh Soal 5:
Dari sekelompok atlet diketahui bahwa 17 orang menyukai
sepak bola, 13 menyukai renang, dan 12 orang menyukai keduanya. coba kalian
gambarkan diagram venn dan tentukan pula jumlah keseluruhan dari atlet
tersebut.
Pembahasan:
Jumlah keseluruhan dari atlet tersebt adalah:
Atlet ang menyukai sepakbola saja : 17-12 = 5 orang
Atlet yang menyukai renang saja = 13 – 12 = 1 orang
Diagram venn-nya adalah:
Jadi, jumlah keseluruhan atlet tersebut adalah 18 orang
Demikian adalah beberapa Contoh Soal Himpunan Matematika dan Pembahasannya khusus
untuk kalian yang masih duduk di Kelas 7 SMP. Smoga dapat membantu
kalian untuk lebih memahami tentang materi himpunan yang diajarkan oleh
guru kalian. Semangat Belajar!!
Pengertian Relasi
Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan ke
himpunan lain. Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah
pemasangan atau perkawanan atau korespondensi dari anggota-anggota
himpunan A ke anggota-anggota himpunan B.
Jika diketahui himpunan A = {Eko, Rina, Tono, Dika}; B = {Merah,
Hitam, Biru}, maka relasi “suka dengan warna” himpunan A ke himpunan B
dapat disajikan dalam diagram panah, diagram Cartesius, himpunan
pasangan berurutan, dan dengan rumus.
a. Diagram panah
b. Diagram Cartesius
c. Himpunan pasangan berurutan
R = {(Eko, Merah), (Rina, Hitam), (Tono, Merah), (Dika, Biru)}
Fungsi
Pengertian Fungsi Matematika
Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi dari A ke
B jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B.
Jika f adalah suatu fungsi dari A ke B, maka:
himpunan A disebut domai (daerah asal).
himpunan B disebut kodomain (daerah kawan) dan himpunan B yang pasangan (himpunan C) disebut range (hasil) fungsi f.
Aturan yang memasangkan anggota-anggota hhimpunan A dengan anggota-anggota himpunan B disebut aturan fungsi f.
Misal diketahui fungsi-fungsi:
f: A → B ditentukan dengan notasi f(x).
g: C → D ditentukan dengan notasi g(x).
Untuk lebih memahami tentang fungsi, pelajarilah contoh soal berikut.
Contoh Soal
Diketahui A + {1, 2, 3, 4} dan B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}. Suatu fungsi f: A → B ditentukan oleh f(x) + 2x-1.
a. Gambarlah fungsi f dengan diagram panah.
b. Tentukan range fungsi f.
c. Gambarlah grafik fungsi f.
Penyelesaian
a.
Diagram panah fungsi f
b. Dari diagram diatas, terlihat bahwa:
f(x) = 2x-2
f(1) = 2.2-1 = 1
f(2) = 2.2-1 =3
f(3) = 2.3-1 = 5
f(4) = 2.4-1 = 7
persamaan garis lurus
Rumus Persamaan Garis Lurus
Sebelum kita mempelajari tentang rumus –
rumus persamaan garis lurus , kita harus memahami terlebih dahulu
pengertian dari persamaan garis lurus itu sendiri .Dan dalam sebuah
persamaan garis lurus . ada satu komponen yang tidak dapat terlepas
darinya yaitu Gradien . Apakah yang dimaksud dengan gradien? Perhaikan
penjelasan di bawah ini :
A.Pengertian Persamaan Garis Lurus Dan Gradien
Persamaan Garis lurus , yaitu suatu perbandingan antara koordinat y dan koordinat x dari dua titik yang terletak pada sebuah garis .
advertisements
Gradien , yaitu
Perbandingan komponen y dan komponen x , atau disebut juga dengan
kecondongan sebuah garis. Lambang dari suatu gradien yaitu huruf “m” .
Gradien dari persamaan ax + by + c = 0
Gradien yang melalui titik pusat ( 0 , 0 ) dan titik ( a , b )
m = b/a
Gradien Yang melalui titik ( x1 , y 1 ) dan ( x2 , y2 )
m = y1 – y2 / x1 – x2 atau m = y2 – y1 / x2 – x1
Gradien garis yang saling sejajar ( / / )
m = sama atau jika dilambangkan adalah m1 = m2
Gradien garis yang saling tegak lurus ( lawan dan kebalikan )
m = -1 atau m1 x m2 = -1
B. Rumus Persamaan Garis Lurus
Persamaan Garis Lurus bentuk umum ( y = mx )
-> persamaan yang melalui titik pusat ( 0 , 0 ) dan bergradien m .
Contoh :
Tentukan persamaan garis lurus yang melalui titik pusat ( 0 , 0 ) dan bergradien 2 !
Jawab : y = mx
y = 2 x
2. y = mx + c
->Persamaan garis yang / / dengan y = mx dan bergradien m .
-> Persamaan garis yang melalui titik ( 0 , c ) dan bergradien m . ( 0 , c ) adalah titik potong sumbu y .
3. Persamaan Garis Lurus Yang Melalui titik ( x1 , y1 ) dan bergradien m .
persamaannya yaitu :
y – y1 = m ( x – x1 )
4. Persamaan Garis Lurus Yang Melaui Dua titik yaitu ( x1 , y 1 ) dan ( x2 , y2 ) .
Contoh Soal
Tentukan Gradien garis yang melalui titik ( 0 , 0 ) dengan titik A ( -20 , 25 )
Tentukan Gradien garis yang melalui titik A ( -4 , 7 ) dan B ( 2 , -2 )
Tentuka Gradien garis dengan persamaan garis 4x + 5y – 6 = 0
Tentukan persamaan garis lurus yang melalui pusat koordinat dan bergradien – 4/5
Persamaan garis lurus yang melalui titik ( 0 , -2 ) dan m = 3/4 adalah . . .
Tentukan persamaan garis G yang melalui garis ( 0 , 4 ) dan sejajar
dengan garis H yang melalui titik pusat koordinat dan titik ( 3 ,2 )
Tentukan persamaan garis Z yang melalui titik ( 4 , 5 ) dan ( -5 , 3 )
Penyelesaian
Diketahui : Titik ( 0 , 0 ) dan Titik A ( -4 , 7 )
Ditanya : m = . . .?
Jawab :
m = b / a
= 25 / -20
= – 5/4
2.Diketahui : Titik A ( -4 , 7 ) dan TitikB ( 2 , -2 )
Ditanya : m = . . ?
Jawab :
m= y1 – y2 / x1 – x2
m = 7 – ( -2) / -4 -2
m = 9 / -6
m = – 3/2
3. Diketahui : persamaan 4x + 5y – 6 = 0
Ditanya : m = . . .?
m = -a / b
= -4 / 5
4.Diketahui :
titik pusat koordinat ( 0 , 0 )
m = -4/5
Ditanya : persamaan garis lurus = . . .?
Jawab :
y = mx
y = -4 / 5 x
-4y = 5x
-4y -5y = 0
<-> 4y + 5y = 0
5. Diketahui :
titik garis ( 0 , -2 )
m = 3 / 4
Ditanya :
Persamaan garis = . . .?
Jawab :
cara 1
y = mx + c
y = 3/4 x + ( -2 ) x4
< => 4y = 3x – 8
< = > -3x + 4y + 8 = 0
cara 2
y – y1 = m ( x – x1 )
y – ( -2 ) = 3/4 ( x – 0 )
y + 2 = 3/4 x x4
< = > 4y + 8 = 3x
< = > -3y + 4y + 8
6. Diketahui :
Titik koordinat ( 0 , 0 ) dan titik ( 3 , 2 )
Ditanya : Persamaan garis G = . . .?
Jawab :
Langkah pertama kita tentuka gradiennya terlebih dahulu , yaitu :
m = y2 – y1 / x2 – x1
= 2 – 0 / 3 – 0
= 2/ 3
Karena Garis G // H , maka gradiennya adalah 2/3 DAN Melalui titik ( 0 , 4 ) , maka persamaan garisnya adalah :
y = mx + c
y = 2 / 3 x + 4 x3
< = >3y = 2x + 12
< = > 3y – 2x – 12 = 0
< = > 2x – 3y + 12 = 0
7. Diketahui : titik A ( 4 , 5 )
titik B ( -5 , 3 )
Ditanya : Persamaan garis Z = . . .?
Jawab :
Cara 1
Langkah pertama yaitu mencari gradien terlebih dahulu :
m = y1 – y2 / x1 – x2
= 5 – 3 / 4 – ( -5 )
= 2 / 9
Selanjutnya yaitu memasukkan ke dalam rumus :
Persamaan garis melalui titik ( 4 , 5 ) dan bergradien 2 / 9
y – y1 = m ( x – x1 )
y – 5 = 2/9 ( x – 4 )
y – 5 = 2/9x – 8/ 9
y = 2/9 x – 8 / 9 + 5
y = 2/9 x – 8/9 + 45 /9
y = 2/9x – 37 / 9
Cara 2
Tanpa mencari gradien, yaitu dengan cara
y – 5 / 3 – 5 = x – 4 / -5 – 4
y – 5 / -2 = x – 4 / -9
-9 ( y – 5 ) = -2 ( x – 4 )
-9y + 45 = -2x + 8
-9y + 2x +45 – 8 = 0
2x – 9y + 37 : 9
< = > 2/9 x – y + 37 / 9
< = > y = 2/9x + 37 / 9
Demikian penjelasan mengenai rumus persamaan garis lurus dan beberapa contohnya
. Semoga dengan penjelasan di atas , sedikit membantu memecahkan
permasalahan dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan persamaan
garis lurus . Inti dari persamaan garis lurus adalah memahami apa itu
gradien dan memahami antara titik yang dilalui baik titik pusat
koordinat , titik koordinat y ataupun titik koordinat x .Atau jika
dilambangkan yaitu titik pusat koordint ( 0 , 0 ) , titik koordinat ( x1
, y1 ) dan ( x2 , y 2 ) .
sistem persamaan linier dua variabel
Contoh Soal 1
Tentukan penyelesaian dari SPLDV berikut ini dengan metode substitusi:
x + y = 8
2x + 3y = 19
Jawab :
x + y = 8…. (1)
2x + 3y = 19 … (2)
x + y = 8
x = 8- y
Jadi, penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah x = 5 dan y = 3
Contoh Soal 2
Tentukan penyelesaian dari SPLDV berikut dengan metode eliminasi:
2x – y = 7
x + 2y = 1
Jawab :
Eliminasi x
2x – y = 7 | x1 --> 2x – y = 7 ... (3)
x + 2y = 1 | x2 --> 2x – 4y = 2 ... (4)
2x – y = 7
x + 2y = 1 -
-5y = 5
y = -1
Eliminasi y
2x – y = 7 | x2 --> 4x – 2y = 14 ... (5)
x + 2y = 1 | x1 --> x + 2y = 1 ... (6)
4x – 2y = 14
x – 2y = 1 -
5x =15
x = 3
Jadi, penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah x = 3 dan y = -1
Contoh Soal 3
Tentukan penyelesaian dari SPLDV berikut dengan metode campuran:
x + y = -5
x – 2y = 5
jawab :
Eliminasi x
x + y = -5
x – 2y = 5 -
3y = -9
y = -3
Substitusi y
x + (-3) = -5
x = -2
Jadi, penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah x = -2 dan y = -3
Contoh Soal 4
Umur Melly 7 tahun lebih muda dari umur Ayu. Jumlah umur mereka adalah 43 tahun. Tentukanlah umur mereka masing-masing !
Jawab :
Misalkan umur melly = x dan umur ayu = y, maka
y – x = 7… (1)
y + x = 43… (2)
y = 7 + x
subtitusikan y = 7 + x kedalam persamaan 2
7 + x + x = 43
7 + 2x = 43
2x = 36
x = 18
y = 7 + 18 = 25
Jadi, umur melly adalah 18 tahun dan umur ayu 25 tahun.
Contoh Soal 5
sebuah taman memiliki ukuran panjang 8 meter
lebih panjang dari lebarnya. Keliling taman tersebut adalah 44 m.
tentukan luas taman !
Jawab :Luas taman = p x l
P = panjang taman
L = lebar taman
Model matematika :
P = 8 + l
k = 2p + 2l
2 ( 8 + l) + 2l = 44
16 + 2l + 2l = 44
16 + 4l = 44
4l = 28
l = 7
P = 7 + 8 = 15
Luas = 7 x 15 = 105 m2
Jadi, luas taman tersebut adalah 105 m2
garis dan sudut
Pengertian Garis
garis
merupakan susunan titik-titik (bisa tak hingga) yang saling bersebelahan dan
berderet memanjang ke dua arah (kanan/kiri, atas/bawah)
Kedudukan dua buah Garis
Garis Sejajar
posisi dua
garis akan dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut berada di satu bidang
dan apabila kedua garis tersebut di perpenjang tidak akan bisa saling
berpotongan.
Garis Berpotongan
dua buah
garis dikatakan berpotongan apabila keduanya memiliki sebuah titik potong atau
biasa disebut sebagai titik persekutuan.
Garis berhimpit
dua buah
garis akan dikatakan berhimpit apabila kedua garis tersebut memiliki setidaknya
dua titik potong. sebagai contoh jarum jam ketika menunjukkan pukul 12 pas.
kedua jarum jam tersebut akan saling berhimpit.
Garis Bersilangan
dua buah
garis dapat dikatakan bersilangan apabila keduanya tidak sejajar dan tidak
berada pada satu bidang.
untuk
memahami beragam kedudukan garis di atas perhatikan saja gambar berikut ini:
Pengertian Sudut
Di dalam
ilmu matematika, sudut dapat diartikan sebagai sebuah daerah yang terbentuk
karena adanya dua buah garis sinar yang titik pangkalnya saling bersekutu atau
berhimpit.
Bagian-bagian pada suatu sudut
Sudut memiliki
tiga bagian penting, yaitu:
Kaki Sudut
Garis sinar
yang membentuk sudut tersebut.
Titik Sudut
Titik pangkal/
titik potong tempat berhimpitnya garis sinar.
Daerah Sudut
Daerah atau
ruang yang ada diantara dua kaki sudut.
Untuk lebih
jelasnya lihat gambar berikut:
Jenis-jenis Sudut
Ada beragam
jenis sudut semuanya dibedakan berdasarkan besar dari daerah sudut yang
terbentuk, diantaranya:
Sudut Siku-siku
Adalah sebuah
sudut yang memiliki besar daerah sudut 90°
Sudut Lancip
Adalah sebuah
sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara 0°dan
90° (0°< D < 90°)
Sudut Tumpul
Adalah sebuah
sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara 90°dan 180° (90°< D < 180°)
Sudut Lurus
Adalah sebuah
sudut yang memiliki besar daerah sudut 180°
Sudut Refleks
Adalah sebuah
sudut yang memiliki besar daerah sudut diantara 180°dan 360°(180° < D < 360°)
Hubungan antar Sudut
Sudut Berpenyiku
Apabila ada
dua buah sudut berhimpitan dan membentuk sudut siku-siku, maka sudut yang satu
akan menjadi sudut penyiku bagi sudut yang lain sehingga kedua sudut tersebut
dinyatakan sebagai sudut yang saling berpenyiku (komplemen).
∠ABD + ∠DBC = 90°
Sudut Berpelurus
Apabila ada
dua buah sudut yang berhimpitan dan saling membentuk sudut lurus maka sudut
yang satu akan menjadi sudut pelurus bagi sudut yang lain sehingga kedua sudut
tersebit bisa dikatakan sebagai sudut yang saling berpelurus (suplemen).
∠PQS + ∠SQT + ∠TQR = 180°
Hubungan Antar Sudut apabila Dua Garis Sejajar Dipotong oleh Garis Lain
Simak dengan baik gambar di bawah ini:
Sudut Sehadap (sama besar)
adalah sudut yang memiliki posisi yang sama dan besarnyapun sama. pada gambar di atas, sudut yang sehadap adalah:
∠A = ∠E
∠B = ∠F
∠C = ∠G
∠D = ∠H
Sudut Dalam Berseberangan (sama besar)
adalah sudut yang ada di bagian dalam dan posisinya saling berseberangan, pada gambar di ats sudut dalam berseberangan adalah:
∠C = ∠E
∠D = ∠F
Sudut Luar Berseberangan (sama besar)
adalah sudut yang berada di bagian luar dan posisinya saling berseberangan, contohnya:
∠A = ∠G
∠B = ∠H
Sudut Dalam Sepihak
adalah sudut yang berada di bagian dalam dan berada pada sisi yang sama.
bila dijumlahkan, sudut yang saling sepihak akan membentuk sudut 180°.
contohnya:
∠D + ∠E = 180°
∠C + ∠F = 180°
Sudut Luar Sepihak
adalah sudut yang berada di bagian luar dan berada pada sisi yang sama.
bila dijumlahkan, sudut yang saling sepihak akan membentuk sudut 180°.
contohnya:
∠B + ∠G = 180°
∠A + ∠H = 180°
Sudut bertolak belakang (sama besar)
merupakan sudut yang posisinya saling bertolak belakang, pada gambar di atas, sudut yang bertolak belakang adalah:
∠A = ∠C
∠B = ∠D
∠E = ∠G
∠F = ∠H
Satuan Sudut
Di dalam
ukuran derajat, nilai 1 derajat mewakili sebuah sudut yang diputar sejauh 1/360
putaran. artinya 1°=1/360 putaran.
untuk
menyatakan ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat (°) kita bisa menggunakan
menit (') dan detik (''). perhatikan hubungan derajat, menit, dan detik berikut
ini:
1 derajat
(1°) = 60 menit (60')
1 menit (1')
= 1/60°
1 menit (1')
= 60 detik (60”)
1 derajat
(1°) = 3600 detik (3600'')
1 detik
(1'') = 1/3600°
ukuran sudut
dalam satuan radian
1° = p/180
radian
atau
1 radian =
180°/p
Apabila
nilai p = 3,14159 maka:
1° = p/180
radian = 3,14159/180 = 0,017453
atau
1 radian =
180°/p = 180°/3,14159 = 57,296°
segiempat dan segitiga
Contoh 1: Soal UN MATEMATIKA SMP 2013
Sebidang kebun berbentuk persegipanjang berukuran 100 m 80 m. Di sekeliling kebun akan ditanam pohon dengan jarak 10 m antar pohon. Banyak pohon yang diperlukan adalah ….
A. 36 pohon
B. 46 pohon
C. 72 pohon
D. 180 pohon
Pembahasan:
Mencari keliling persegi panjang:
Mencari banyak pohon yang diperlukan:
Jawaban: A
Contoh 2: Soal UN MATEMATIKA SMP 2012
Pak Rahman mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30 m 25 m. Tanah tersebut dipagar kawat sebanyak tiga kali lilitan. Panjang minimal kawat yang dibutuhkan adalah ….
A. 110 m
B. 330 m
C. 440 m
D. 750 m
Pembahasan:
Mencari keliling bidang tanah yang akan dipagari kawat:
Panjang kawat untuk mengeliligi bidang tanah sebanyak tiga kali lilitan:
Jawaban: B
Contoh 3: Soal UN MATEMATIKA SMP 2011
Pak Ali mempunyai kebun dengan bentuk seperti pada gambar di bawah.
Kebun tersebut akan dijual dengan harga Rp200.000,00 per . Hasil penjualan kebun Pak Ali adalah ….
A. Rp28.800.000,00
B. Rp30.000.000,00
C. Rp36.000.000,00
D. Rp57.600.000,00
Pembahasan:
Gambar pada soal disusun oleh jajar genjang dan segitiga seperti terlihat pada gambar di bawah.
Mencari luas jajar genjang:
Mencari luas segitiga:
Jadi, luas gabungan dua bangun tersebut adalah
Hasil penjualan kebun Pak Ali:
Jawaban: B
Contoh 4: Soal UN MATEMATIKA SMP 2010
Perhatikan gambar!
Daerah yang diarsir adalah sketsa tanah yang ditanami rumput. Luas hamparan rumput tersebut adalah ….
Pembahasan:
Luas bangun yang diberikan pada soal dapat diperoleh dari luas trapesium
siku-siku dikurangi luas persegi pangajng kecil, seperti terlihat pada
gambar di bawah.
Mencari luas trapesium siku-siku:
Luas persegi panjang kecil adalah . Maka
Luas hamparan rumput tersebut adalah
Jawaban: B
Contoh 5: Soal UN MATEMATIKA SMP 2010
Perhatikan gambar!
Luas daerah bangun pada gambar di atas adalah ….
Pembahasan:
Gambar yang diberikan pada soal dibangun oleh persegi panjang dikurang
luas trapesium, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.
Mencari luas pesegi panjang
Mencari luas trapesium:
Luas daerah bangun pada gambar di atas:
Jawaban: C
Contoh 6: Soal UN MATEMATIKA SMP 2006
Taman berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang sisi-sisi sejajarnya
(x + 4) m dan (3x + 2) m. Jika jarak kedua garis sejajar 2x m dan luas
taman , keliling taman adalah ….
A. 54 m
B. 56 m
C. 65 m
D. 69 m
Pembahasan:
Diketahui:
Sisi sejejar pertama trapesium = x + 4
Sisi sejejar kedua trapesium = 3x + 2
Tinggi trapesium = 2x
Bentuknya dapat dilihat seperti gambar di bawah.
Luas trapesium adalah
Untuk mendapatkan nilai x, maka kita perlu menyelesaikan persamaan kuadrat di atas.
Sehingga diperoleh,
Pilih nilai x = 6 karena tidak ada panjang yang nilainya negatif.
Sehingga diperoleh ukuran masing-masing sisi trapesium seperti berikut.
Sisi sejejar pertama trapesium:
Sisi sejejar kedua trapesium:
Tinggi trapesium:
Ukuran dalam gambar dapat dilihat seperti berikut.
Untuk
menghitung keliling, kita perlu menghitung sisi miring dari trapesium
tersebut terlebih dahulu. Panjang sisi miring trapesium adalah:
Keliling trapesium:
Jawaban: B
teorema Pythagoras
Rumus matematika
yang sangat familiar dikalangan pelajar yaitu rumus pythagoras, bagi
sobat semua juga pastinya sudah tidak asing lagi. Pengertian dari rumus
pythagoras yaitu rumus yang digunakan untuk mencari panjang sisi pada
sebuah segitiga siku-siku. Apa itu segitiga siku? yaitu segitiga yang salah satu sudutnya memiliki besar 90°.
Untuk membuktikan rumus pythagoras /
teorema pythagoras diatas, sebenarnya terdapat banyak cara. Pada
kesempatan kali ini akan kita gunakan cara sederhana untuk
membuktikannya. Jika kita mempunyai segitiga siku-siku, cobalah disusun
sehingga membentuk sebuah persegi seperti gambar dibawah ini.
Luas Persegi Besar = luas persegi putih Kecil + Luas 4 Segitiga
(a+b)2 = c2 + 1/2ab+1/2 ab+1/2 ab +1/2 ab
(a+b)2 = 2 ab
a2 + 2ab + b2 = c2 + 2ab
a2 +b2 = c2
Pembuktian teorema pythagoras yang lain dapat sobat lakukan langsung
dirumah, jika rumah sobat menggunakan lantai ubin atau keramik. Cobalah
buat segitiga dengan alas 4 keramik dan tinggi 3 keramik, seperti gambar
dibawah ini.
Jika sudah, silahkan sobat hitung panjang sisi miring yaitu garis
yang diberi tanda warna merah. Jika sobat semua benar dalam
menghitungnya akan diperoleh hasil panjang sisi miring yaitu 5 kali
panjang ubin/ keramik.
Dalam kehidupan nyata rumus pythagoras banyak pemanfaatannya, salah
satu contohnya yaitu pada bidang arsitektur. Seorang arsitek akan
menggunakan rumus pythagoras dalam menentukan kemiringan suatu bangunan
misalnya saja kemiringan sebuah tanggul agar tanggul tersebut dapat
menahan tekanan air. Contoh lainnya yaitu seorang tukang kayu, ketika
dia membuat segitiga penguat pilar dia menggunakan rumus pythagoras.
Perhatikan contoh soal dibawah ini :
1. Jika diketahui BC = 8cm, AC = 6cm. Berapakah panjang sisi AB pada gambar di bawah ini ?
Jawab:
AB2 = AC2 + BC2
= 62 + 82
= 36 + 64
= 100AB
= √100
= 10
Jadi panjang sisi AB adalah 10cm.
2. Berapakah panjang sisi a pada gambar di bawah ini ?
Jawab:
Karena yang ditanyakan adalah panjang sisi a , maka berlaku rumus:
a2 = c2 – b2
= 172 – 82
= 289 – 64 = 225
a = √225 = 15 cm
Rumus Lingkaran
– Lingkaran merupakan suatu bentuk bundar seperti Bola yg biasa kita
mainkan untuk permainan Sepak Bola, Bola Basket maupun Bola Volli. Tapi
tahukah anda bahwa dibalik bentuk Lingkaran yg bundar tersebut mempunyai
Rumus Lingkaran yg sangat berguna bagi kehidupan Manusia karena bentuk
Bumi yg sebagai penopang kehidupan kita jg berbentuk Bulat atau Lingkar
sehingga dg adanya Rumus Matematika Lingkaran ini dapat menghitung luas
lingkaran dan keliling lingkaran Bumi.
Namun pengertian Rumus Lingkaran dlm Geometri Euklid adlh suatu Rumus Bangun Datar Lingkaran
yg memiliki bentuk dari himpunan semua titik pd bidangnya dlm hal ini
titik tersebut bisa kita namakan sebagai Jari – Jari dan dari suatu
titik tertentu itu jg terdapat Pusat Lingkaran atau Kurva tertutup
sederhana yg dpt membagi bidang menjadi bagian dlm dan bagian luar.
Kemudian untuk Elemen2 yg ada didlm Lingkaran yg dpt kami jelaskan
antara lain Jari – Jari (R), Tali Busur (TB), Busur (B), Keliling
Lingkaran (K), Diameter (D), Apotema dan Juring (J).
Elemen – eleman tersebut saling berhubungan satu sama lain sehingga dapat menghasilkan Rumus Menghitung Luas Lingkaran, Rumus Menghitung Keliling Lingkaran
dan Rumus Menghitung Diameter Lingkaran yg dapat kita pelajari dan
pahami seperti dibawah ini karena kami sudah menulis atau membuatkan
pemahaman tentang Cara Menghitung Rumus Lingkaran yg lebih detail kpd
anda karena dilengkapi dg Contoh Soal Matematika tentang Lingkaran.
Bisa anda lihat Gambar Lingkaran diatas
bahwa Rumus Lingkaran tidak bisa dipisahkan dg Jari – Jari, Titik Pusat
dan Diameter Lingkaran. Oleh karena itu sebelum anda menjawab pertanyaan
Soal – Soal Lingkaran yg ada di tingkatan SMP maupun SMA, anda
diharuskan melihat berapa jumlah Jari – Jari, Titik Pusat atau Diameter
Lingkaran itu terlebih dahulu karena hal itu akan memudahkan anda dlm
menjawabnya..
advertisements
Rumus Luas Lingkaran
Cara Menghitung Rumus Luas Lingkaran
bisa anda cari dg rumus L = π.r.r dan penjelasan dari r ialah Jari –
Jari Lingkaran yg biasanya ada disetiap Soal – Soal yang membahas
tentang Lingkaran serta Rumus π sudah pasti menggunakan angka 3,14 atau
bisa anda lihat Rumus Mencari Luas Lingkaran secara jelas seperti
dibawah ini.
Rumus Keliling Lingkaran
Sedangkan untuk Cara Menghitung Luas
Lingkaran hampir sama dg Rumus Luas Lingkaran hanya saja K = 2.π.r dan
perbedaannya terdapat pada jumlah kali r yg dua. Ingat bahwa Rumus
Keliling dan Luas Lingkaran hampir sama sehingga anda harus benar –
benar dipahami dan dihafalkan secara betul.
Rumus Diameter Lingkaran
Sedangkan untuk Cara Menghitung Rumus
Diameter Lingkaran malah terlihat lebih sederhana karena d = 2 x r dan
penjelasan lebih lengkapnya bisa anda lihat dibawah ini.
Baiklah setelah anda mengetahui dan
memahami Rumus Luas, Keliling dan Diameter Lingkaran maka alangkah
baiknya jika anda langsung melihat contoh Soal – Soal Matematika
Lingkaran yg bisa anda lihat beserta jawabanya langsung agar anda bisa
lebih paham dan maksud akan Rumus Lingkaran ini.
1. Diket Roda berbentuk Lingkaran
mempunyai Diameter sebesar 30 cm maka tentukan jumlah Luas Lingkaran dan
Keliling Lingkaran yg ada.
Jawaban Mencari Luas Lingkaran
Luas = π.r.r
Luas = 3,14 x 15 x 15 — > ( jari-jari 15 diperoleh dari d = 30/2 = 15)
Luas = 3,14 x 225 = 707 cm²
Jawaban Mencari Keliling Lingkaran
Keliling = 2.π.r
K = 2. 22/7.15
K = 30 x 22/7
K= 660 / 7 = 95 cm
bangun ruang sisi datar
Macam-macam Bangun Ruang Sisi Datar
Ada
banyak sekali bangun ruang sisi datar mulai yang paling sederhana
seperti kubus, balok, limas sampai yang sangat kompleks seperti limas
segi banyak atau bangu yang menyerupai kristal. Namun demikian kali ini
kita akan membahas spesifik tentang bangun ruang kubus, balok, limas,
dan juga prisma.
A. KUBUS
Disebut
bangun ruang kubus ketika bangun tersebut dibatasi oleh 6 buah sisi
yang berbentuk persegi (bujur sangkar). Bangun ruang ini mempunyai 6
buah sisi, 12 buah rusuk, dan 8 buah titik sudut. Beberapa orang sering
menyebut bangun ini sebagai bidang enam beraturan dan juga prisma
segiempat dengan tinggi sama dengan sisi alas.
Bagian-bagian Kubus
TIga
bagian utama dalam bangun ruang kubus adalah sisi, rusuk, dan titik
sudut. Selain itu masih ada yang disebut dengan diagonal bidang dan
diagonal ruang. Perhatikan gambar kubus di bawah ini.
Kubus
ABCD.EFGH dibatasi oleh bidang ABCD, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE, dan EFGH.
Bidang-bidang tersebut disebut sisi-sisi kubus ABCD.EFGH. Selanjutnya,
AB , BC , CD , AD , EF , FG , GH , EH , AE , BF , CG , dan DH disebut
rusuk-rusuk kubus.
Berikut jumlah bagian-bagian kubus
1. Titik sudut 8 buah
2. Sisi berjumlah 6 buah (luasnya sama)
3. Rusuk berjumlah 12 buah sama panjang
4. Diagonal bidang berjumlah 12 buah
5. Diagonal ruang berjumlah 4 buah.
6. Bidang diagonal berjumlah 6 buah
Silahkan sobat coba cari sendiri ya mana-mana bagian kubus di atas sambil dicocokan jumlahnya.
Rumus-rumus Kubus
Volume = s x s x s = s3
Luas Permukaan = 6 s x s = 6 s2
Panjang Diagonal Bidang = s√2
Panjang Diagonal Ruang = s√3
Luas Bidang Diagonal = s2√2
keterangan:
s = panjang sisi kubus
B. BALOK
Coba
kalian perhatikan benda-benda di sekitar kalian, banyak sekali
sebenarnya benda yang memiliki bentuk bangun ruang balok. Kardus mie
instan favorit kalian bentuknya adalah balok, kulkas di dapur rumah juga
berbentuk balok. Lantas kenapa benda-benda tersebut dinamakan balok?
Apa itu balok?
Balok
adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat (total 6
buah) dimana sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang
sama. Berbeda dengan kubus yang semua sisinya berbentuk persegi yang
sama besar, balok sisi yang sama besar hanya sisi yang berhadapan dan
tidak semuanya berbentuk persegi, kebanyakan bentuknya persegi panjang.
Buat lebih memahami silahkan sobat amati lagi kulkas di bawah ini.
Bagian-bagian Balok
Bagian-bagian
dari bagung ruang sisi datar ini sama seperti bagian-baian kubus.
Sebuah balok terdiri dari sisi, sudut, diagonal bidang, diagonal ruang,
dan yang terakhir adalah bidang diagonal. Berikut rincian jumlahnya
1. Titik sudut 8 buah
2. Sisi berjumlah 6 buah (luasnya beda-beda)
3. Rusuk berjumlah 12 buah
4. Diagonal bidang berjumlah 12 buah
5. Diagonal ruang berjumlah 4 buah.
6. Bidang diagonal berjumlah 6 buah
Rumus-rumus Balok
Volume = panjang x lebar x tinggi = p x l x t
Luas Permukaan = 2 (pl + pt + lt)
Panjang Diagonal Bidang = √(p2+l2) atau √(p2+t2) atau √(l2+t2)
Panjang Diagonal Ruang = √(p2+l2+t2)
Luas Bidang Diagonal = tergantung dari bidang diagonal yang mana
Keterangan:
p = panjang
l = lebar
t = tingi
C. LIMAS
Bagun
ruang sisi datar berikutnya adalah limas. Pernahkah kalian melihat
piramid yang ada di mesir? Nah, piramid tersebut memiliki bentuk bangun
ruang limas.
Apa itu Limas?
Limas
adalah bangun ruang dengan alas berbentuk segi banyak, bisa segi tiga,
segi empat, segi lima, dll dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga
yang berpotongan pada satu titik puncak. Ada banyak macam bangun ruang
limas. Penamaannya berdasarkan bentuk alasnya.
Limas Segitiga Beraturan
Limas Segiempat Beraturan
Limas Segitiga Sembarang
Limas Segiempat Sembarang
Bagian-bagian Limas
Sebuah
limas terdiri dari sisi alas, sisi tegak, rusuk, titik puncak, dan
tinggi. Jumlah sisi tegak akan sama dengan jumlah sisi alas. Jika
alasnya segitiga maka jumlah sisi tegaknya adalah 3, jika alasnya
berbentuk segilima maka jumlah sisi tegaknya adalah 5. Jumlah
rusuknyapun mengikuti bentuk alas. Jika alasnya segitiga maka jumlah
rusuknya 6, jika alasnya segiempat maka jumlah rusuknya 8, pokoknya 2
kalinya.
Sebuah limas
pasti akan memiliki puncak dan tinggi. Tinggi limas adalah jarak
terpendek dari puncak limas ke sisi alas. Tinggi limas selalu teka lurus
dengan titik potong sumbu simetri bidang alas.
Rumus rumus Limas
Volume Limas = 1/3 Luas Alas x Tinggi
Luas Permukaan = Jumlah Luas Alas + Jumlah Luas sisi tegak
D. PRISMA
Apa itu Prisma?
Perhatikan
gambar bangun ruang sisi datar di atas. Gambar tersebut menujukkan
beberapa contoh dari bangun ruang prisma.Bangun-bangun tersebut memiliki
bidang alas dan bidang atas yang sejajar dan kngruen. Sisi linnya
berupa sisi tegak berbentuk jajargenjang atau pesegi panjang yang tegak
lurus ataupun titik dengan bidan alas dan bidang atasnya. Itulah kurang
lebih definisi prisma.
Jika
dilihat lagi dari rusuk tegaknya, prisma dapat dibedakan menjadi dua,
yakni prisma tegak dan prisma miring. Prisma tegak adalah prima yang
rusuk-rusuknya tegak lurus dengan bidang lasa dan bidang atas. Prisma
miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada
bidang atas dan bidang alas.
Jika
dilhat dari bentuk alasnya aada yang namanya prisma segitiga, prisma
segi emapat, prisma segi lima, dan seterusnya. Jika alasnya berbentuk
segi n sobat bisa memberikan nama prisma segi n.
Bagian-Bagian Prima
Sebuah
bangun ruang sisi datar yang bernama prisma terdiri dari alas dan sisi
atas yang sama dang kongruen, sisi tegak, titik sudut, dan tinggi.
Tinggi prisma adalah jarak antara bidang alas dan bidang atas. Sobat
bisa amati gambar berikut:
Rumus Prisma
Volume = Luas alas x Tinggi Luas permukaan = (2 x Luas Alas) + (Keliling alas x tinggi)
kesebangunan dan kekongruenan
Pembahasan
a) Perbandingan panjang garis AB dengan AD bersesuaian dengan perbandingan panjang garis PQ dengan PS. Sehingga
Panjang PQ = 24 cm
b) Luas persegipanjang PQRS = PQ x PS = 24 cm x 6 cm = 144 cm2
Keliling persegipanjang PQRS = 2 x (PQ + PS) = 2 x (24 cm + 6 cm) = 60 cm
Soal No. 2
Perhatikan gambar berikut!
Tentukan panjang DB!
Pembahasan
Soal ini tentang kesebangunan segitiga. Segitiga ABC yang lebih besar
sebangun dengan segitiga kecil ADE sehingga perbandingan panjang
sisi-sisi yang bersesuaian akan sama. Temukan dulu panjang sisi AB,
ambil perbandingan alas dan tinggi dari kedua segitiga seperti berikut
ini:
Dengan demikian DB = AB − AD = 15 cm − 10 cm = 5 cm
Soal No. 3
Dari soal berikut, tentukan:
a) QR
b) QU
Pembahasan
a) Penyelesaian seperti nomor 2, ambil perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dari segitiga PQR dan segitiga SUR.
b) QU = QR − UR = 20 cm − 15 cm = 5 cm
Soal No. 4
Perhatikan gambar berikut!
Tentukan panjang DE
Pembahasan
Kesebangunan dua segitiga siku-siku
Soal No. 5
Dari soal berikut tentukan panjang DE!
Pembahasan
Bedakan pengambilan sisi-sisi yang bersesuaian dari soal nomor sebelumnya.
Soal No. 6
Diketahui panjang SR adalah 8 cm.
Tentukan panjang QS!
Pembahasan
Kongruensi dua segitiga siku-siku, tentukan lebih dahulu panjang PS
gunakan teorema phytagoras akan didapat angka 6 cm untuk panjang PS.
Kemudian lakukan perbandingan sisi yang sesuai:
Soal No. 7
Dari soal berikut ini tentukan panjang EF!
Pembahasan
Buat satu garis yang sejajar dengan garis AD namakan CH seperti gambar berikut.
Terlihat muncul data-data baru yaitu EG = 15 cm, AH = 15 cm dan HB =
13 cm. Ambil dua segitiga sebangun GFC dan HBC bandingkan sisi-sisi yang
bersesuaian:
Dengan demikian panjang EF = EG + GF = 15 + 4 = 19 cm
Soal No. 8
Perhatikan gambar berikut ini.
Tentukan panjang EF, jika titik E dan titik F berturut-turut adalah titik tengah diagonal DB dan diagonal CA!
Pembahasan Cara pertama,
Perhatikan garis DB yang dibagi menjadi segmen-segmen DE, EG dan GB.
Misalkan
panjang DB adalah 2a
maka
DE = a
EB = a
Dari kesebangunan segitiga DGC dan segitiga AGB didapatkan perbandingan panjang garis
DG : GB = 2 : 1 didapatnya dari 24 cm : 12 cm
Sehingga
Dari pembagian segmen garis DB terlihat bahwa
DG = DE + GE
Sehingga
Akhirnya bandingkan sisi-sisi yang bersesuaian pada segitiga kongruen ABG dan EGF. Cara kedua, namundiingat hanya untuk tipe soal seperti ini saja, jadi titik E dan F nya di tengah-tengah, jangan gunakan untuk tipe soal yang lain: Soal No. 9
Perhatikan gambar berikut ini!
Jarak titik E ke B adalah....
A. 1,5
B. 6
C. 8
D. 10
Pembahasan
Misalkan EB dinamakan x, maka AB nantinya akan sama dengan (2 + x).
Perbandingan sisi EB dengan ED pada segitiga kecil (segitiga BDE), harus
sama dengan perbandingan AB dengan AC pada segitiga besar (segitiga
BCA). Selanjutnya:
Jadi panjang EB adalah 6 cm.
Soal No. 10
Perhatikan gambar berikut ini!
Panjang TQ adalah...
A. 4
B. 5
C. 6
D. 7
(UN 2007)
Pembahasan
Dengan cara yang sama dengan nomor 9 diperoleh:
Soal No. 11 Sebuah karton
berukuran tinggi 30 cm dan lebar 20 cm. Budi menempelkan sebuah foto
sehingga sisa karton di sebelah kiri, kanan, atas foto adalah 2 cm.
Jika foto dan karton sebangun, sisa karton di bawah foto adalah...
A. 5 cm
B. 4 cm
C. 3 cm
D. 2 cm (Modifikasi Soal Kesebangunan - UN 2010)
Pembahasan
Perhatikan ilustrasi foto dan karton tempat menempel berikut, misalkan sisa panjang karton namakan sebagai x.
Perbandingan panjang dengan lebar foto harus sama dengan perbandingan panjang dengan lebar dari karton, karena sebangun.
Soal No. 12 Sebuah foto
berukuran tinggi 30 cm dan lebar 20 cm ditempel pada sebuah karton.
Sisa karton di sebelah kiri, kanan, atas foto 2 cm. Jika foto dan karton
sebangun, sisa karton di bawah foto adalah...
A. 5 cm
B. 4 cm
C. 3 cm
D. 2 cm (Soal Kesebangunan - Soal UN Matematika 2010)
Pembahasan
Perhatikan ilustrasi foto dan karton tempat menempel berikut,
Perbandingan panjang dengan lebar foto harus sama dengan perbandingan panjang dengan lebar dari karton, karena sebangun.
Perhatikan perbedaannya dengan nomor sebelumnya dalam menempatkan x.
Soal No. 13
Perhatikan gambar!
Panjang EF adalah...
A. 20 cm
B. 21 cm
C. 23 cm
D. 26 cm (UN SMP 2013)
Pembahasan
Tambahaan garis bantu, beri nama BG.
Panjang DG jadi 14 cm, dan GC 21 cm karena tadinya DC = 35 cm.
Bandingkan sisi segitiga besar BGC dan segitiga kecil BHF yang
bersesuaian hingga diperoleh panjang HF dulu.
Soal No. 14
Perhatikan gambar di samping!
Panjang TR adalah….
A. 2 cm
B. 3 cm
C. 4 cm
D. 6 cm (UN Matematika SMP/MTs tahun 2014) Pembahasan
Dicoba dulu, petunjuknya, ΔPQR sebangun dengan ΔPTS, dengan ∠T
bersesuaian dengan ∠Q, dan ∠S bersesuaian dengan ∠R. Sementara ∠P
sama-sama dipakai kedua segitiga. Bandingkan sisi-sisi yang diketahui
dan bersesuaian, biar lebih mudah diliat bisa digambar dulu kedua
segitiga secara terpisah.
bangun ruang sisi lengkung
Pengertian Bangun Ruang Sisi
Lengkung
Bangun ruang sisi lengkung adalah kelompok bangun ruang yang memiliki
bagian-bagian yang berbentuk lengkungan. Biasanya bangun ruang tersebut
memiliki selimut ataupun permukaan bidang. Yang termasuk ke dalam bangun ruang
sisi lengkung adalah tabung, kerucut, dan bola.
Tabung
Tabung merupakan sebuah bangun ruang yang dibatas oleh dua bidang
berbentuk lingkaran pada bagian atas dan bawahnya. Kedua lingkaran tersebut
memiliki ukuran yang sama besar serta kongruen. Keduanya saling berhadapan sejajar
dan dihubungkan oleh garis lurus. unsur-unsur yang ada pada tabung diantaranya
adalah:
t = tinggi tabung
r = jari-jari
Rumus-Rumus Yang Berlaku untuk
Tabung:
Luas Alas = Luas Lingkaran = πr2
Luas Tutup = Luas Alas = πr2
Luas Selimut = Keliling Alas × Tinggi = 2πr × t = 2πrt
Luas Permukaan Tabung = Luas Alas + Luas Tutup + Luas Selimut
Luas Permukaan Tabung = πr2 + πr2 + 2πrt
Luas Permukaan Tabung = 2πr2 + 2πrt
Luas Permukaan Tabung = 2πr(r + t )
Volume Tabung = Luas Alas × Tinggi
Volume Tabung = πr2 x t
Volume Tabung = πr2 t
Kerucut
kerucut merupakan sebuah bangun ruang yang alasnya berbentuk lingkaran
dan dibatasi oleh garis-garis pelukis yang mengelilinginya membentuk sebuah
titik puncak. unsur-unsur yang ada pada kerucut adalah:
t = tingi kerucut
r = jari-jari alas kerucut
s = garis pelukis
Rumus-Rumus Yang Berlaku untuk Kerucut:
Luas alas = luas lingkaran = πr2
Luas selimut = Luas Juring
Luas selimut = panjang busur x
luas lingkaran
keliling lingkaran
Luas Selimut = 2πr x πs2
2πs
Luas Selimut = πrs
Luas Permukaan Kerucut = Luas alas + Luas Selimut
Luas Permukaan Kerucut = πr2 + πrs
Luas Permukaan Kerucut = πr (r + s)
Volume Kerucut = 1/3 x volume tabung
Volume Kerucut = 1/3 x luas alas x tinggi
Volume Kerucut = 1/3 x πr2 x t
Volume Kerucut = 1/3πr2t
garis, atau diagram lingkaran
Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran Beserta Pembahasan - Dalam
pelajaran matematika terdapat materi mengenai diagram. Tentunya anda
sudah menjumpai contoh soal bagian diagram bukan? Diagram merupakan
grafik yang digambar dengan disertai keterangan maupun penjelasan
tentang prosedur, kegiatan maupun sarana yang biasanya dijalankan.
Diagram tersebut dapat diibaratkan sebauah gambaran sketsa yang
menggunakan simbol maupun garis untuk menjelaskan sesuatu. Diagram
tersebut memiliki fungsi yaitu memberikan kemudahan dalam membuat
rincian data seperti angkai dan sebagainya. Mungkin anda tidak asing
lagi dengan diagram lingkaran beserta contoh soal bagian diagram
lingkaran.
Jenis diagram tersebut tergolong kedalam macam macam bentuk diagram.
Dalam ilmu Matematika, diagram memiliki beberapa bentuk seperti diagram
garis, diagram batang, diagram batang daun, diagram kotak garis, dan
diagram lingkaran. Semua diagram tersebut cara menentukan besarnya sama.
Kali ini saya akan membagikan contoh soal bagian diagram lingkaran
beserta pembahasannya. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak dibawah
ini.
Sebuah data disajikan dalam bentuk diagram lingkaran maupun diagram
batang. Berdasarkan data tersebut, kita akan diberikan keterangan
mengenai seluruh jumlah data maupun salah satu data saja. Data yang
disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dapat diketahui melalui bentuk
persen (%) ataupun bentuk derajat. Jika data dalam bagian diagram
lingkaran tersebut berbentuk derajat maka lingkaran tersebut memiliki
besar 360 derajat secara utuh. Namun apabila data disajikan dalam bentuk
persen maka lingkaran tersebut memiliki ukuran 100% secara utuh.
Dibawah ini terdapat beberapa contoh soal bagian diagram lingkaran
beserta pembahasannya.
Berdasarkan diagram tersebut terdapat data seluruh siswa kelas IX. Dari
hasil pengamatan terdapat 40 siswa dalam kelas tersebut. Maka berapakah
siswa yang gemar berolahraga lari ?
Pembahasan (Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran #1):
Banyaknya siswa yang menyukai Lari :
Lari = 100% - (Data Badminton + Data Sepak Bola + Data Basket)
= 100% - (20% + 25% + 50% )
= 100% - 95% = 5%
Maka jumlah siswa suka lari 5/100 x 40 = 2 anak
Jadi jumlah siswa yang menyukai olahraga lari sebanyak 2 anak.
2. Disajikan diagram dibawah ini !
Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh mata pencaharian desa
Sukamakmur. Apabila jumlah penduduk yang berprofesi sebagai Polisi
sebanyak 300 orang. Berapakah yang berprofesi sebagai buruh?
Pembahasan (Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran #2):
Sebuh SMK Cempaka 2 memiliki data ekstrakurikuler seperti diagram
diatas. Apabila banyaknya siswa yang menyukai ektrakurikuler 200 anak.
Maka jumlah anak yang ikut ektrakurikuler musik dan PKS ialah...anak.
Pembahasan (Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran #3):
4. Disajikan diagram kegemaran olahraga dibawah ini.
Siswa Sukamaju memiliki kegemaran olahraga yang berbeda beda. Apabila
jumlah siswa yang menyukai olahraga 300 anak. Berapa banyak siswa yang
menyukai basket?
Pembahasan (Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran #4):
Basket = 100% - 50% - 25% - 10%
= 15%
Banyak Siswa yang gemar basket = 15/100 x 300 = 45 anak
Jadi banyaknya siswa yang menyukai basket ialah 45 anak
5. Perhatikan diagram lingkaran dibawah ini.
Data diatas menunjukkan warna kesukaan siswa kelas VIII SMP Bina Jaya.
Apabila jumlah anak yang menyukai warna biru sebanyak 20 anak. Maka
berapakah jumlah siswa kelas VIII ?
Pembahasan (Contoh Soal Bagian Diagram Lingkaran #5):
Ukuran Pemusatan Data : Penjelasan, Rumus dan Contoh Soal Mean , Median, Modus
Ukuran pemusatan data merupakan salah
satu pengukuran data dalam statistika. Statistika adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan cara mpenyusunan data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan mengenai suatu keseluruhan berdasarkan data yang
ada pada bagian dari keseluruhan tadi. Yang termasuk dalam ukuran
pemusatan data adalah rataan (Mean), Median, Modus . Untuk memudahkan
anda dalam memahami materi ini, dibawah ini akan kita uraikan penjelasan
dibawah ini.
Ukuran Pemusatan Data
Rataan (Mean)
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai
yang diperoleh dari jumlah sekelompok data dibagi dengan banyaknya data.
Rata-rata disimbolkan dengan x.
Rata-Rata untuk Data Tunggal
Keterangan:
ẋ = mean
n = banyaknya data
xi= nilai data ke-i
Contoh Rataan Data tunggal
Nilai ulangan matematika 15 siswa kelas XIIPAadalah 7,8,6,4,10, 5,9,7, 3,8, 6, 5, 8, 9, dan 7. Tentukan nilai rata-ratanya.
Jawab:
Jadi, nilai rata-ratanya adlah 6,8
Rata-Rata untuk Data Bergolong (Berkelompok)
Keterangan:
xi = nilai tengah data ke-i
fi = frekuesni data ke -i
xs = rataan sementara (dipilih pada interval dengan frekuensi terbesar)
di = simpangan ke-i (selisih nilai xi dengan nilai xs)
Contoh Rataan Data berkelompok
Tentukan rata-rata dari data berikut.
Nilai
Frekuensi
11 - 15
4
16 - 20
5
21 - 25
8
26 - 30
8
31 - 35
4
36 - 40
2
Jawab:
Cara I:
Nilai
Xi
F i
FiXi
11 - 15
13
4
52
16 - 20
18
5
90
21 - 25
23
8
161
26 - 30
28
8
224
31 - 35
33
4
132
36 - 40
38
2
76
Jumlah
30
735
Penyelesaian:
Cara II:
Nilai
F i
Xi
di
fidi
11 - 15
4
13
-15
-60
16 - 20
5
18
-10
-50
21 - 25
8
23
-5
-35
26 - 30
8
28
0
0
31 - 35
4
33
5
20
36 - 40
2
38
10
20
Jumlah
30
-105
Penyelesaian:
Median
Median adalah nilai data yang terletak
di tengah setelah data diurutkan. Dengan demikian, median membagi data
menjadi dua bagian yang sama besar. Median (nilai tengah) disimbolkan
dengan Me.
Keterangan: Me = median
Tb = tepi bawah kelas median
p = panjang kelas
n = banyak data
F = frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Contoh Median Data Bergolong
Tentukan median dari data berikut.
Data
Frekuensi
11-20
5
21-30
3
31-40
8
41-50
7
51-60
4
61-70
9
Jumlah
36
Jawab:
Karena banyaknya data adlah 36 maka
median terletak diantara data ke-18 dan data ke-19 sehingga diperoleh
kelas yang mengandung median adalah 4-40. Dengan demikian , Tb = 41-0,5 =
40,5; p=10 (11-20); f =7; F= 16.
Data
F
fk
11-20
5
5
21-30
3
8
31-40
8
16
41-50
7
23
51-60
4
27
61-70
9
36
Penyelesaian:
Jadi, mediannya adlah 43,36
Modus
Modus adalah data yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi. Modus dilambnagnkan dengan Mo.
Modus untuk data tunggal Modus dari data tunggal adalah data yang paling sering muncul.
Contoh Modus Data Tunggal
Tentukan modus dari data : 7,6,5,8,3,7,9,4,6,4,8,4,10,7,5,7,dan 8.
Jawab:
Data diurutkan: 3,4,4,4,5,5,6,6,7,7,7,7,8,8,8,9,10.
Nilai 7 muncul paling banyak, yaitu 4 kali.
Jadi, modusnya adalah 7.
Modus untuk data bergolong
Keterangan : Mo : modus
Tb : tepi bawah kelas modus
p : panjang kelas
d1 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
d2 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
Contoh Modus Data Bergolong
Tentukan modus dari data berikut
Data
Frekuensi
11-20
5
21-30
3
31-40
8
41-50
7
51-60
4
61-70
9
Jumlah
36
Jawab:
Karena kelas dengan frekuensi terbanyak 9 maka modus terletak diantara kelas 51-60; tb=51-0,5=50,5; p=10(11-20); di=9-4=5; F=16.
Penyelesaian:
Jadi, modusnya adalah 53,36
P(A)=n(A)/n(S)
contoh :
Pada peristiwa melempar dua buah dadu, merah dan hitam, masing-
masing bermata 1 sampai 6 secara bersama-sama sebanyak satu kali. Berapakah nilai peluang kejadian-kejadian :
a. muncul mata 4 dadu merah atau mata ganjil dadu hitam
b. muncul mata dadu merah kurang dari 3 dan mata dadu hitam lebih dari 4
Jawab :
Ruang sampel ada sebanyak 36 kemungkinan.
a. kejadian muncul mata 4 dadu merah atau mata ganjil dadu hitam ada
sebanyak 21 kemungkinan pasangan, maka peluangnya adalah :
b. kejadian muncul mata dadu merah kurang dari 3 dan mata dadu hitam
lebih dari 4 ada sebanyak 4 kejadian, yaitu (1,5), (2,5), (1,6)
dan (2,6), maka nilai peluangnya adalah :
1. Permutasi
Permutasi adalah penyusunan kumpulan angka/objek dalam berbagai
urutan-urutan yang berbeda tanpa ada pengulangan. Dalam permutasi urutan
diperhatikan, untuk menghitung banyak permutasi n unsur jika disusun
berdasarkan k unsur k kita dapat menggunakan rumus :
dimana k≤n.
contoh :
1. Di kantor pusat sebuah perusahaan besar terdapat 3 orang staff
yang dicalonkan untuk mengisi kekosongan 2 kursi pejabat eselon IV.
Tentukan banyak cara yang dapat dipakai untuk mengisi jabatan tersebut?
jawab :
Permutasi P (3,2), dengan n =3 (banyaknya staff) dan k =2 (jumlah posisi yang akan diisi)
2.Misalkan terdapat 5 angka 3,4,5,6, dan 7. Tentukan berapa banyak
bilangan lebih dari 400 yang dapat dibentuk untuk membuat angka yang
terdiri dari 3 digit dan tidak berulang?
Jawab :
karena bilangannya lebih dari 400 maka kotak pertama dapat diisi dengan 4 angka yaitu 4,5,6, dan 7
karena tidak boleh berulang maka kotak kedua dan ketiga masing-masing dapat diisi diisi 4 angka dan 3 angka
jadi totol angka yang lebih dari 400 ada 4 x 4 x 3 = 48 angka
Permutasi Unsur-Unsur yang Sama
Jumlah suatu permutasi jika terdapat unsur-unsur yang sama dapat dihitung menggunakan rumus :
contoh :
Tentukan berapa banyak susunan kata yang dapat dibentuk dari kata MATEMATIKA tanpa perulangan?
Jawab :
kata MATEMATIKA terdapat 10 unsur dimana unsur yang sama terdapat
pada M=2 T=2 A=3, sehingga kata yang dapat dibentuk dari kata MATEMATIKA
tanpa adanya pengualangan yaitu terdapat 10!/2! 2! 3!=151.200 cara.
Permutasi Siklis
Permutasi Siklis merupakan permutasi yang dibuat dengan menyusun
unsur secara melingkar menurut arah putaran tertentu. Rumus yang biasa
digunakan untuk menghitung permutasi siklis yaitu (n-1)!
contoh :
1. Terdapat 5 orang calon presiden di tahun 2014 sedang berdiskusi,
mereka duduk disebuah meja berbentuk lingkaran. Tentukan terdapat berapa
cara untuk menyusun kursi para calon presiden tersebut?
Jawab :
Cara untuk menyusun kursi para calon presiden yaitu (5-1)!=4!=4x3x2x1=24 cara
2. Jika terdapat 5 buah kelereng yang disusun melingkar, berapa
banyak cara susunan melingkar dari kelereng tersebut tanpa adanya
pengulangan?
Jawab :
Cara untuk menyusun kelereng secara melingkar yaitu (5-1)!/2=24/2=12 (permutasi objek-objek yang sejenis).
2. Kombinasi
Kombinasi sama halnya dengan permutasi, yang menjadikan mereka
berbeda yaitu pada permutasi memperhatikan urutan sedangkan pada
kombinasi tidak memperhatikan urutan. Misalnya saja terdapat 5 buah baju
dengan warna yang berbeda yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam
ketika kita diminta memilih 3 dari 5 baju yang tersedia tersebut. Ketika
kita memilih baju warna hitam, merah dan kuning akan sama halnya jika
kita memilih biru, merah dan kuning. Disinilah perbedaan kombinasi dan
permutasi, untuk menentukan kombinasi kita dapat menggunakan rumus :
contoh :
1. Seorang koki telah menyiapkan 20 jenis masakan untuk menjamu
pemilik restaurant tempat dia bekerja yang akan berkunjung. Dari 20 menu
dia akan memilih 11 menu yang akan disajikan, tentukan terdapat berapa
banyak cara pemilihan menu yang akan digunakan untuk menjamu pemilih
restaurant? (tidak memperhatikan urutan)
Jawab :
2. Pada sebuah acara silaturahmi dihadiri oleh 60 orang, terdapat berapa jumlah jabat tangan yang terjadi?
jawab:
Ketika 60 orang tersebut saling berjabat tangan maka satu orang akan
berjabat tangan dengan 59 orang. Akan tetapi jika A berjabat tangan
dengan B akan sama halnya jika B berjabat tangan dengan A maka harus
dibagi 2 sehingga jumlah jabat tangannya yaitu 59×60/2=1770 jabat
tangan.
No comments:
Post a Comment